Selasa, 14 Juni 2016

TUGAS K3 Teknik Listrik Universitas Neger Yogyakarta



PENGETAHUAN DAN PENGENALAN TENTANG ZEROSICKS
Disusun guna memenuhi tugas akhir K3
Dosen Pembimbing : Nurhening Yuniarti


Penyusun :
Nama   : Rachmat Adhi Nugroho
NIM    : 15506134012
Blog    : rachmatadhi97.blogspot.co.id


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

ABSTRAK

Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan tentang pengenalan adanya istilah dalam K3 yang jarang kita temui, yaitu zerosicks. Bahkan literatur di internet pun jarang jarang menampilkan apa itu zerosick. Dan tentunya pada awal kali kita mendengar sesuatu yang muncul dalam benak kita yaitu tentang apa sih itu zerosicks? Apakah kepanjangan zerosicks? Dan apa sih inti-inti dari sinkatan tersebut? Nah, disini kami akan menjelaskan itu semua. Fokus dalam tulisan in berkisar dengan istilah istilah dan penjabaran secara struktural semisal tentang hazard atau bahaya dan makna huruf-huruf selanjutnya. Jenis ungkapan yang kami panjang lebarkan antara lain penjabaran tentang temuan-temuan yang termuat dalam buku kemudian kami deskripsikan secara utuh. Hasil dan temuan yang kami harapkan adalah kita tahu dalam menganalisis suatu kejadian dalam penulisan struktur zerosicks. Solusi yang kami tampilkan berupa saran tentang perlunya pengetahuan K3 demi keselamatan saat kita bekerja, utamanya berada dalam dunia industri maju seperti saat ini.

Key word : zerosick, hazard, struktur















PENDAHULUAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan artikel tentang pengetahuan dan pengenalan tentang zerosicks dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW sebagai tokoh idola serta panutan kita untuk menuju masa depan yang lebih baik dan terus maju. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Nurhening Yuniarti selaku Dosen mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap artikel ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai istilah zerosicks. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam artikel ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan artikel yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga secuplik ulasan dalam artikel sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya artikel yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan artikel ini di lain waktu kedepan.



Yogyakarta, 31 Mei 2016



          Penyusun          


PEMBAHASAN

Zerosicks merupakan metode analisis dalam memanajemen kegiatan dalam bekerja, baik di dalam lingkupan industri maupun dalam instansi bentukkan lain. Tujuan dalam analisis ini yaitu memberikan solusi berdasarkan analisis kecelakaan yang ditemukan dengan adanya beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan itu berkaitan dengan konsep kesehatan dan keselamatan kerja dasar. Analisis ditulis berdasarkan urutan huruf abjad yang ada, bermula dari abjad ‘Z’ yang merupakan singkatan dari HAZARD. Sampai abjad ‘S’ yang berkepanjangan STANDARITATION, atau bisa juga SUSTAINABLE. Tetap dalam kajian kami huruf S tersebut kami ambil kata STANDARITATION saja. Berikut ulasan tiap huruf yang ada dalam istilah zerosicks.
I.                   HAZARD
“Hazard merupakan sumber potensi terjadinya cedera” (OHSAS 18001:2007). “A hazard is something in the workplace (or that will be in the workplace) that can cause harm to peaople” (Anonymous: 2007). Terjadinya kecelakaan tidak lah bersifat kebetulkan semata, tetapi dibalk itu semua pasti ada penyebabnya (Nurhening: 2014). Hazard adalah suatu kondisi dimana terdapat potensial terjadinya ancaman yang merugikan, semisal halnya merugikan bagi manusia, bagi peralatan (utamanya dalam industri, baik industri rumahan ataupun industri besar), bahan baku produksi, dan lain lain. Adapun macam dari hazard itu sendiri kami pisahkan berdasarkan faktor penyebab, frekuensi, serta tingkatan bahaya itu sendiri.
Berikut adalah hazard berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain :
1.      Faktor Biologi
2.      Faktor Kimia
3.      Faktor Fisik
4.      Faktor Ergonomis
5.      Faktor Psikologis
Yang kedua, yaitu pemisahan berdasarkan frekuensi :
1.      Sering Terjadi
2.      Jarang Terjadi
3.      Sangat Jarang Terjadi
Adapun berdasarkan tingkat bahayanya atau tingkat keparahannya, antara lain :
1.      Keparahan Tingkat Ringan
2.      Keparahan Tingkat Sedang
3.      Keparahan Tingkat Tinggi
Hazard berdasarkan faktor penyebabnya :
I.         Faktor Bahaya Biologi
Adanya pemisahan penyebab biologi secara terperinci antara lain :
a.       Jamur
Jamur adalah bagian dari kingdom fungi. Jamur yang dimaksudkan di sini adalah jamur yang bersifat merugikan, antara lain jamur yang menyebabkan penyakit pada pekerja, pada lingkungan kerja yang menyebabkan kurangnya kenyamanan pada aktivitas produksi. Khusus untuk daerah lembab banyak sekali terdapat jamur. Untuk itu, bagi pekerja yang bekerja di daerah lembab sebaiknya mendapatkan perhatian khusus dari segi kesehatan, konsumsi dan lain lain sebagai upaya perusahaan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh jamur.
b.      Bakteri
Bakteri atau dikenal monera yang merugikan dapat menyebabkan berbagai penyakit umumnya penyakit bagi pekerja itu sendiri. Antara lain ada penyakit tetanus dan juga influenza yang biasa terjadi pada pekerja pada umumnya.
c.       Virus
Virus merugikan sepertihalnya bakteri yang menyebabkan penyakit, melainkan cara penyerangannya yang berbeda, yaitu virus menyerang bakteri inangnya (Oman K: 2007). Virus yang kemungkinan dapat menyerang antara lain virus penyebab influenza, dan juga virus hepatitis A dan B.

d.      Tanaman
Tanaman di sini yang bersifat merugikan karena kemungkinan adanya pekerja yang alergi terhadap suatu tanaman tertentu. Ada juga tanaman yang menyebabkan tidak ergonomisnya tempat dalam bekerja. Seperti halnya lumut yang menyebabkan licinnya permukaan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
e.       Binatang
Binatang yang bersifat merugikan pada umumnya yang mengganggu aktvitas produksi, semisal ada binatang liar yang masuk daerah proyek. Hal itu dapat menyebabkan gangguan dari hal gangguan non teknis sampai gangguan teknis sehingga menggurang produktifitas kegiatan proyek yang terganggu . Adapun bila yang mengganggu adalah binatang yang masuk dalam katagori binatang buas dapat mengancam keselamatan para pekerja.




II.      Faktor Bahaya Kimia
Adanya pemisahan penyebab kimiawi secara detail antara lain :
a.       Zat Beracun
Zat beracun pada umumnya yang dapat menganggu antara lain berupa gas dan bau baunan lain yang mudah terhirup melalu saluran pernapasan. Ada juga zat racun yang bersfat gas dapat mengontamnasi bahan baku produksi ataupun konsumsi para pekerja.
b.      Zat Reaktif
Zat reaktif adalah zat yang mudah bereaksi apabila terkena paparan tertentu, misal reaksi mudah ternakar, mudah meledak, dan lain lain
c.       Zat Radioaktif
Zat radioaktif adalah zat yang mempunyai inti aktif alias tidak stabil. Biasanya terdapat pada reaksi nuklir, reaksi sinar alfa, sinar beta dan sinar gamma. Paparan radioaktif yang merugikan umumnya dapat mengganggu kehidupan mendatang karena menyebabkan mutasi suatu zat lain atau ketidak normalan suatu zat yang terkena paparan radioaktif. Misalkan pekerja radiology dapat mengalami mutasi pada organ kelaminnya yang berakibat pada kemandulan, dan masih banyak lagi efek dari paparan radio aktif yang tidak terkontrol.
d.      Zat Mudah Terbakar
Zat mudah terbakar adalah zat yang sangat mudah bereaksi dengan oksigen dan terjadi reaksi pembakaran. Zat cair dikatakan mudah terbakar apabila memilki titik nyala antara 21 oC – 55 oC. Dan pada zat gas yaitu pada titik didih kurang dari 20 oC. Zat yang memiliki reaksi pembakaran sangat cepat dapat memicu terjadinya reaksi ledakan.
e.       Zat Mudah Meledak
Zat mudah meledak adalah zat yang memiliki reaksi pembakaran cepat oleh oksigen sebagai reaktan pemicunya.
f.       Zat Penyebab Iritasi
Zat penyebab iritasi adalah zat penyebab reaksi biologi seperti halnya gatal, kemerahan, dan lainnya akibat terkena zat pengiritasi tersebut. Reaksi iritasi pada seseorang tentunya berbeda antara satu dengan yang lainnya karena pengaruh sistem kekebalan manusia yang tentunya berbeda pula.
g.      Zat Korosif
Zat korosif jika terkena peralatan tentunya menyebabkan reaksi yang bersifat korosif atau pengaratan pada besi. Dan juga apabila terkena kulit manusia terjadi reaksi seperti halnya kulit mengelupas dan lain lain.





III.   Faktor Bahaya Fisik
Adanya pemisahan berdasarkan faktor fisis antara lain :
a.       Faktor Ketinggian
Faktor ketinggian disinggung karena tempat memiliki beda potensial terhadap tempat yang lebih rendah dari tempat semula. Oleh karena memiliki beda potensial, dapat diartikan dalam besaran fisika bahwa keduanya memiliki perbedaan energi potensial. Energi potensial ini yang menentukan besarnya usaha. Dalam hal ini, usaha yang dimaksud bisa menjadi indikator keparahan suatu bahaya. Semakin tinggi benda jatuh dari ketinggian tertentu, maka semakin besar pula tingkat keparahan absolutnya. Dan juga, energi potensial suatu benda diam terhadap ketinggian tertentu mempengaruhi besaran energi potensial itu sendiri. Jadi, semakin besar energi potensial yang timbul berbanding lurus dengan tingkatan keparahan bahaya tersebut.
b.      Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang dimaksud adalah adanya kemungkinan kecelakaan akibat kendaraan atau alat yang digunakan. Kecelakaan yang ditimbulkan pada umumnya disebabkan adanya human error dan juga kerusakan alat. Pengecekan berkala dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat karena alat selalu dipantau dari segi kebergunaan alat dan segi kelayakpakaiannya suatu alat.
c.       Faktor Ruangan Terbatas (Terkurung)
Faktor ruang mempengaruhi tingkatan ergonomis. Adanya ruang lingkup yang sempit berkaitan dengan aspek fisika yaitu volume ruang yang sempit. Dari persamaan teori gas ideal, yaitu volume benda berbanding terbalik dengan tekanan ruang pada benda itu sendiri. Semakin sempitnya ruang mengakibatkan besarnya tekanan dalam ruang bekerja yang mengakibatkan turunnya ketahanan tubuh seorang pekerja. Tingginya tekanan akibat sempitnya ruang tadi dapat menjadi sumber bahaya apabila pekerja tersebut kehabisan tenaga dan pada saat kehilangan konsentrasinya.
d.      Faktor Tekanan
Faktor tekanan di sini akibat sempitnya ruangan. Pada bagian fungsi pernapasan seseorang apabila berada pada tekanan tinggi maka sistem pernapasan seseorang akan menjadi berat dan mengakibatkan kelelahan karena perihal dalam berusaha untuk bernapas secara baik. Lebih parahnya lagi, apabila terdapat pekerja yang memiliki riwayat penyakit pernapasan khususnya pengidap penyakit ashma dapat memicu penyakit kambuh lebih sering daripada di tempat yang memiliki tekanan yang lebih rendah.
e.       Faktor Kebisingan
Faktor kebisingan ini berdasarkan taraf intensitas suatu sumber bunyi, taraf intensitas merupakan tingkatan dalam hal kebisingan yang dikemukakan oleh ilmuan terdahulu yaitu Alexander Graham Bell. Oleh sebab itu, nama beliau disematkan untuk menamai satuan taraf intensitas yaitu dalam satuan bell (kita lebih sering menggunakannya dalam satuan desibell atau disingkat dB). Tingkat kebisingan itu sendiri dapat mempengaruhi kesehatan pendengaran. Berawal dari lapisan gendang telinga, taraf intensitas yang tidak sesuai dengan kebutuhan bisa merusak gendang telinga dan menyebabkan ketulian pada orang yang terkena paparan ini. Pada lapisan telinga tengah berarti meliputi daerah rumah siput, saluran 3 setengah lingkaran dan tulang pendengaran, di situ juga terdapat yang namanya batu otolith sebagai organ fungsi kesembangan tubuh manusia. Apa bila organ ini terganggu maka keseimbangan seseorang akan terganggu pula. Gangguan gangguan semacam ini dapat membahayakan dengan efek jangka panjang.
f.       Faktor Suhu
Dampak suhu ekstrim dalam daerah bekerja menyebabkan tubuh seseorang harus mencocokkan dengan keadaan tersebut. Padahal, kita tahu bahwa manusia sejatinya bukanlah makhluk poikiloterm, tetapi kita adalah makhluk homoiterm. Poikiloterm dalam istilah biologi adalah keadaan suatu jasad yang mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu lingkungan, apa bila ekosistem dingin maka makhluk itu juga ikut ikutan dingin. Beda halnya dengan homoiterm, yaitu makhluk yang suhu tubuhnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan, apa bila ekosistem dingin maka tubuh tidak mengikuti lingkungan sama sama dingin. Dengan kondisi seperti ini, maka suhu ekstrim juga dapat mempengaruhi kadar kesehatan seseorang dalam bekerja. Pada pemberian AC ruangan, suhu ruangan dapat disesuaikan dengan pengguna saja, tetapi bukan disesuaikan oleh standarisasi oleh pemilik proyek. Kenyamanan tiap perorangan dalam bekerja tidaklah sama, oleh karenanya upaya penyesuaian harus dilakukan oleh perasa itu sendiri.
g.      Faktor Cahaya
Faktor cahaya ini dapat mempengaruhi kesehatan, utamanya untuk kesehatan mata. Untuk bahaya itu semisal contoh pada perusahaan yang menggunakan sinar laser berwarna merah. Kita tahu bahwa sinar warna merah memiliki frekuensi kecil dengan. Untuk gelombang dengan frekuensi kecil berarti daya tembusnya relatif kecil dan sifatnya merusak lapisan yang terkena paparannya. Oleh karena daya tembus yang lemah maka dapat dengan mudah merusak lapisan mata yang paling luar yaitu kornea mata. Untuk efek lain seperti halnya bila terpapar terlalu lama oleh cahaya maka keadaan tubuh menjadi panas. Itu disebabkan adanya konversi energi dari paparan sinar menjadi energi panas oleh tubuh kita sendiri.
h.      Faktor Listrik
Gejala kelistrikan yang berbahaya bagi manusia karena adanya beda potensial listrik dengan tubuh manusia. Secara teori aliran darah pada manusia sebagai sifat zat berupa cairan maka dapat menghantarkan arus listrk. Apalagi dengan posisi kita sedang menginjak pemukaan bumi tanpa adanya isolator. Isolator ini berupa alas kaki pad umumnya. Pada kondisi ini tubuh kita berfungsi seperti halnya kabel pentanahan atau grounding cable. Fungsi dari pentanahan itu sendiri merupakan penetralisasian muatan yang memiliki beda potensial terhadap suatu titik tertentu. Untuk pentanahan itu sendiri menggunakan acuan absolut, yaitu dikatakan netral apabila sudah mencapa nilai nol.
Kembali pada aliran listrik yang ditimbulkan tadi, aliran listrik ini dapat berimbas pada kerusakan jaringan tubuh. Untuk kelistrikan arus searah atau bisa dikenal direct current efek kelistikan menyerang otot sehngga otot terjadi kontraksi. Hal ini mengakibatkan korban terpental. Sedangkan untuk listrk bolak balik atau alternating current bagian tubuh yang diserang adalah syaraf manusia. Bila syaraf lah yang terkena dampak hantaran listrik maka terjadi paralyzed condition atau lumpuhnya syaraf. Kelumpuhan ini menyebabkan malfungsi pergerakan otot manusia sehingga tubuh akan terpaku pada penghantar listrik. Oleh karenanya, tersengat listrik dengan tegangan dan arus yang sama, arus bolak balik lebih berbahaya daripada listrik searah atau DC, karena faktor paralyzed condition yang berakibat pada lamanya tersengat.
i.        Faktor Getaran
Peralatan yang menimbulkan efek berupa getaran berakibat pada ketidaknyamanan seorang pekerja, hal ini secara tidak langsung memberikan efek seperti rugi rugi energi karena dsisamping menahan beban, tubuh menahan efek getaran. Efek getaran ini biasanya disebabkan seperti misal gergaji mesin. Hal ini dapat mengganggu kesehatan tulang belakang. Pada pergelangan dan telapak tangan untuk mencengkram lama kelamaan akan merasakan kesemutan dan timbul ketidaknyamanan saat bekerja. Untuk itu perlu peregangan sejenak di sela-sela waktu untuk menetralisir efek kesemutan tadi.
j.        Faktor Radiasi
Pada faktor radiasi ini, umumnya adalah pancaran sinar radioaktif dengan inti yang tidak stabil. Radiasi radioaktif menyebabkan terjadinya mutasi gen pada makhluk hidup. Mutasi yang ditimbulkan biasanya tidak terkendali dan berujung dengan hasil negatif, semisal halnya radiasi pada umumnya dapat menyebabkan kemandulan dan juga mempercepat perkembangan sel. Sel yang terdapat dalam tubuh kita yang paling cepat mengalami mutasi tidak lain adalah sel kanker. Untuk itu, sinar radiasi dapat memicu adanya kanker. Untuk paparan radiasi ultraviolet matahari dapat pula menyebabkan timbulnya selaput pada mata korban atau biasa kita mengenalnya katarak. Bukan hanya itu, sinar UV juga menyebabkan kulit terasa terbakar dan yang lebih parah adalah terbentunknya kanker pada kulit.



IV.   Faktor Bahaya Ergonomis
Adanya pemisahan berdasarkan kebiasaan secara biologis atau biological movement antara lain :
a.       Faktor Gerakan Frekuentatif
Gerakan yang monoton dan berulang sering kali menyebabkan tubuh bereaksi tetap atau bereaksi dengan gerakan yang sama secara berulang dan pada akhirnya merusak fleksibilitas gerakan tubuh itu sendiri. Itu disebabkan karena faktor kebiasaan tubuh yang telah terbiasa dengan gerakan kerja yang monoton itu. Untuk mengatasi kebiasaan ini, sebaiknya ada kalanya untuk icebreaking sebagai pelepas kekakuan dalam bekerja.
b.      Faktor Posisi Tubuh saat Bekerja
Posisi tubuh saat bekerja yang salah dapat mempengaruhi fisiologi tubuh manusia. Kesalahan pada umumnya yaitu kesalahan pada saat mengangkat benda yang cukup berat dengan tangan kosong. Kesalahan yang terjadi yaitu pekerja memilih membungkukkan badannya untuk menjangkau dan mengangkat barangnya. Hal ini berarti tulang punggunglah yang melakukan gerakan pengangkatan. Pada kasus ini tulang belakang yang terdiri dari 33 tulang kecil tadi menahan beban yang berat dan tentunya tidak sebanding dengan ukuran tulangnya. Maka, untuk mengangkat benda secara benar adalah dengan tubuh berjongkok kemudian mengangkatnya dengan tumpuan tulang tulang kaki. Tulang anggota gerak bawah ini secara anatomis lebih besar daripada kumpulan tulang belakang. Untuk itu, tingkat kerusakan yang ditimbulkan dari pengangkatan barang bisa berkurang dengan gerakan yang ini.
c.       Faktor Permodelan Alat, mesin dan lain- lain.
Permodelan alat dan mesin yang kurang ergonomis berakibat pada gangguan kerja fisik. Hampir sama dengan faktor posisi tubuh, kesalahan yang sering banyak terjadi karena adanya kelelahan tubuh menahan beban dengan gaya tertentu yang monoton. Sehingga kecenderungan seseorang dalam bergerak fleksibel berkurang dan terbatas. Efek samping dari mesin juga menjadi faktor adanya bahaya. Tetapi hal tu berkaitan dengan faktor fisika.
V.      Faktor Bahaya Psikologis
a.       Stress dalam Bekerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), stress adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar ( eksternal ). Seseorang dalam pelaksanaan tugas, entah itu dalam bentuk tuas dalam bekerja atau tugas belajar tentunya pernah merasakan yang namanya gangguan mental dan emosinya terguncang ( atau kondisi stress ) akibat adanya tuntutan beban dan tanggungan dalam tugas tugas mereka.
Orang yang mengalami gangguan emosionalnya biasanya mudah melonjak amarahnya, tidak sabaran dan selalu mengkritisi hal-hal yang berbau negatif kepada hal yang mungkin dianggap sepele menjadi hal yang begitu penting dan sifatnya mengntimidasi korban pelampiasan kegelisahan emosionalnya. Adanya stress berkepanjangan memberi efek negatif berupa kemunduran atau kemerosotan dalam hal produktivitas kerja serta relasi dalam hubungan sosial yang terganggu.
Disamping efek negatif itu sendiri, stress juga berdampak pada kesehatan. Dalam hal ini adalah berupa dampak negatif untuk kesehatan. Stress yang berat dapat membebani diri karena memerlukan tenaga. Seperti dalam hal adanya rugi rugi dalam beberapa konversi energi yang berimbas dalam adanya perhitungan efisiensi suatu alat konversi. Dalam kasus ini kita yang terkena stress menjadi sulit untuk mengelola pola emosi kita, dan akhirnya menjadi depresi. Selain itu dapat berakibat kelelahan dan akhirnya kesehatan menurun. Dalam urusan kondisi fisik dipengaruhi oleh kondisi mental dan emosi seseorang. Jadi jika emosi kita sehat maka raga kita ikut sehat, sedangkan saat emosi kita berantakan ( atau stress ) respons fisik pun juga ikut berantakan alias jatuh sakit.
Apabila hal tadi dibiarkan begitu saja, stress dapat berujung penyakit yang tergolong fatal, semisal stroke, penyakit jantung dan lain lain yang tentu saja dapat menyebabkan seseorang meninggal secara mendadak. Oleh karena itu, kita sebaiknya benar-benar harus dapat mengendalikan diri kita sendiri agar diri kita tidak mudah terjangkit penyakit emosional seperti halnya stress ini. Adapun langkah agar tidak mudah stress menurut para ahli antara lain :
a.       Mencintai pekerjaan
Dengan adanya rasa cinta utamanya terhadap pekerjaan, maka kita akan beranggapan hal itu adalah sesuatu yang membuat kita candu dan berbau menyenangkan tentunya. Kita tidak merasa terbebankan oleh hal itu. Emosi kita menjadi lebih terkontrol dan dapat melaksanakan tugas dengan tenang, senang dan tentu saja dengan hasil yang optimal pula, sehingga kita terhidindar dari penyakit stress ini.
Selain dengan mencintai pekerjaan, tentunya dalam hal mencintai pun kita akan timbul rasa keingintahuan lebh akan sesuatu yang kita cintai itu. Baiknya,  kita dapat berpikir terbuka karena tidak terhambat stress dan bahkan dapat menemukan gagasan atau ide ide untuk metode penyelesaian pekerjaan dengan waktu yang efektif dan efisien pastinya.
b.      Menghindari membawa pekerjaan pulang ke rumah
Dilarang keras menunda pekerjaan! Kata ini seharusnya harus tertanam dalam benak kita yang paling dalam agar kita tidak terbiasa menunda pekerjaan. Menunda-nunda suatu urusan hanyalah akan membebanberatkan masalah lain karena tertumpuk masalah lama, sehingga kita terpaksa membawanya pulang. Membawa pekerjaan pulang hanya akan mengurangi waktu istirahat kita di luar jam kerja.
Alhasil kita terpaksa mengorbankan waktu luang yang dapat kita manfaatkan untuk refreshing hanya demi menyelesaikan tugas pekerjaan. Hal ini dapat mengurangi hubungan sosial kita karena terpaku pekerjaan. Dalam hubungan sosial dengan keluarga yang terganggu maka mengakibatkan ketidak harmonisan hubungan dalam berkeluarga. Dan diakhir kasus hanya akan menambahkan masalah, yaitu antara masalah dalam keluarga dan masalah pekerjaan.
c.       Menciptakan suasana bekerja yang menyenangkan
Berusaha untuk menjaga mood agar selalu baik dengan cara selalu berpikir positif dan berkomunikasi dengan rekan kerja. Salah satu hiburan yang dapat dlakukan dalam bekerja antara lain membuat gurauan bersama rekan kerja. Hal ini dapat menunda dan mengurangi stress kita dalam bekerja.
d.      Meluangkan waktu untuk refreshing
Menjauh dari urusan pekerjaan sejenak bukanlah hal yang berat dan merugikan. Refreshing untuk menyejukkan pikiran dan menenangkan perasaan dapat membantu kita dalam mengatasi timbulnya stress.
b.      Kekerasan
Kekerasan dalam bekerja ini didapatkan biasanya dari atasan kepada bawahannya. Menurut ahli, orang yang menerima tindakan kekerasan dalam kantor oleh atasan biasanya memiliki penyakit emosi, depresi serta gangguan psikologis lainnya.
Oleh karena banyaknya korban kekerasan serta bullying yang dilakukan atasan kepada para bawahannya dirasa lebih memicu tingkat stress para pekerja yang sulit dihilangkan. Di Finlandia tepatnya di kota Helsinki yang melibatkan pekerja lansia dengan rentang usia 40 – 60 tahun, mereka yang menjadi korban kekerasan terpaksa membutuhkan pengobatan antidepresi setelah mengalami masalah bullying. Parahnya, mereka menjalani terapi pengobatan ini secara berkala dalam kurun waktu yang lama.
Namun melawan kekerasan secara positif terkadang perlu dilakukan dengan adanya tindak lanjut. Survei dari CareerBuilder mengungkapkan bahwa setengah dari korban kekerasan dilaporkan mencoba untuk berbicara, walaupun baru sedikit dari mereka yang berhasil mengatakannya.
Untuk beberapa kasus, masalah ini harus direspons oleh pimpinan di atas atasan kita, misalnya bantuan dari departemen bagian personalia atau Human Resource Development ( HRD ). Riset secara keseluruhan menunjukkan, karyawan yang menerima sikap buruk dari atasan biasanya memutuskan berhenti bekerja dan pindah ke tempat lain.
c.       Diskriminasi
Diskriminasi menurut ahli bidang advokasi dan pengacara :
a.       Diskriminasi yang muncul kerena keberagaman yang ada dalam dunia kerja. Diskriminasi ini timbul karena aksi dari dalam ( dalam perusahaan itu sendiri ). Biasanya berupa ketidakadanya sifat mengharga perbedaan nyata karena adanya keberagaman, atau karena ketidaktahuan para pekerja dalam menyikapi keberagaman tersebut.
b.      Mengucilkan seseorang dalam dunia kerja juga termasuk dalam tindak diskriminasi, melakukan tindakan intimidasi, menghina dalam hal pekerjaan atau semacamnya, perilaku tidak senonoh, bahkan contoh paling simpelnya yaitu tidak menghargai adanya pendapat orang lain
c.       Adanya pelecehan seksual, sekarang karena banyaknya kasus pelecehan seksual di Indonesia. Bisa jadi penyakit ini menjamur dalam lingkungan kerja. Adanya perbedaan karakter biologis seperti umur, gender, atau perbedaan status sosial seperti halnya jabatan dan lainnya dapat sebagai penyebab munculnya kejahatan seksual ini.
d.      Diskriminasi terhadap pegawai veteran. Hal yang mungkin terjadi dengan pegawai lama adalah karena masalah isu produktivitas. Saat karyawan yang tua ini menawarkan pengalaman, kiat kiat serta etos kerja mereka, karyawan ini sering diumpamakan dengan sesuatu yang bersifat rigid dan tentunya seperti menolak adanya pembaruan. Adapun mengenai isu kesehatan karena seseorang yang dirasa sudah berumur produktivitasnya menurun.
e.       Diskriminasi terhadap karyawan atau pekerja wanita, yang diributkan kali ini adalah mengenai isu performa kinerja. Karena adanya perbedaan gender inilah yang melibatkan diskriminasi untuk seorang lelaki lah yang harus selalu mendominasi kaum perempuan.
f.       Diskriminasi adanya perbedaan ras. Di sini biasanya terjadinya pengucilan terhadap kaum tertentu oleh kaum tertentu lainnya. Dan juga diskriminasi ini serupa dengan halnya dalam adanya perbedaan agama atau kepercayaan seseorang.
d.      Emosi Negatif Pekerja
Emosi dan suasana hati manusia adalah dua hal yang berbeda namun emosi dan suasana hati ini adalah dua hal yang saling beriringan. Suasana hati adalah ekspresi yang memengaruhi perasaan kita. Sementara emosi lebih condong kepada perilaku dalam menghadapi sesuatu diluar kehendak manusia. Ekspresi orang saat senang akan berbeda sekali saat kita berduka.
Menurut ahli psikologi, emosi bersifat cepat sedangkan suasana hati bersifat lambat.
Semisal saat kita marah dalam bekerja atau bersama rekan kerja. Rasa marah tadi mungkin datang dan pergi dengan cepat begitu saja. Tetapi bila suasana hati yang tidak baik, kita merasakan sesuatu ketidaknyamanan dalam waktu yang relatif lebih lama dibanding dengan saat kita emosi untuk marah marah. Hal ini lebih cenderung membawa pikiran dan perasaan kita ke dalam sesuatu yang lain. Sehingga membebankan kita dalam pemikiran yang berkepanjangan.

II.                ENVIRONMENT
Lingkungan kerja adalah tempat adanya kehidupan sosial seperti halnya kehidupan rukun tetangga apabila berada di rumah rumah yang memengaruhi para pekerja dalam pelaksanaan tugas tugasnya. Lingkungan tempat kita berada tak lepas dari relasi hubungan seseorang dengan lingkungan. Antara lingkungan dan manusia itu sendiri terdapat hubungan yang erat. Dalam hal ini lingkungan bersifat pasif, oleh sebab itu kita sebagai manusia yang tidak bersifat pasiflah yang harus bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Sama halnya para pekerja, mereka tidak bisa dipisahkan dari kondisi sekitar yang kita kenal dengan lingkungan kerja. Selama waktu bekerja, para pekerja akan berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkup lingkungan kerja itu secara interaktif. Baik relasi antarpekerja atau relasi dengan kondisi-kondisi lain yang ada.
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang mengitari para pekerja dan memengaruhi para pekerja dalam menjalankan tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Kemudia menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat dan bahan yang dihadapi pekerja serta lingkungan sekitar dimana seseorang menerapkan metode kerjanya dalam bekerja dan juga pengaturan kerja yang dibuat baik sebagai individu maupun sebagai tim.

Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik dan sesuai bila pekerja dapat melaksanakan pekerjaan secara efisien, optimal, sehat, aman, dan tentunya nyaman bagi dirnya sendiri. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat dampaknya dalam selang waktu yang lama (Sedarmayanti, 2001:12).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala bentuk substansi yang ada terdapat pada suatu lingkup daerah pekerja pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat memengaruhi dirinya dan juga pekerjaannya pada saat bekerja.

Jenis lingkungan kerja terbagi dua, antara lain :
1.      Lingkungan kerja fisik, dan
2.      Lingkungan kerja non fisik
I.          Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah lingkungan kerja yang dihadapi secara fisik ada dan berpengaruh atau bekerja secara fisik. Pengaruh yang dirasakan berdasarkan perantara langsung dan juga tidak langsung.
Adapun lingkungan kerja secara fisik masih diklasifikasikan menjadi dua sub bagian lagi, antara lain :
a.       Lingkungan kerja yang berhubungan kontak fisik langsung, obyek nyata dan dapat dirasakan dengan indra penglihatan secara normal. Semisal adalah tugas kerja, meja kerja, buku-buku, literatur, dan masih banyak lagi aspek fisik lain.
b.      Lingkungan kerja yang berhubungan langsung tetapi sebagai lingkungan antara dan mempengaruh kondisi seseorang dalam bekerja semacam fisik. Contohnya yaitu suhu ruangan, pencahayaan, kelembaban udara, cuaca, dan masih banyak lagi.
II.       Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non-fisik adalah lingkungan kerja yang diharapi secara fisik tapi pengaruhnya tidak terhadap fisik, semisal halnya hubungan pekerja dengan atasan, hubungan antar pekerja. Lingkungan kerja yang memiliki kondisi yang bagus senantiasa membantu para pekerja merasakan ketenangan dalam bekerja dalam suasana kekeluargaan yang timbul dalam perusahaan. Jadi, lingkungan kerja non fisik pun ikut andil dalam dunia pekerjaan.

III.             RISK
”Resiko adalah suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang kerugian” (Sri Redjeki Hartono). Jadi dapat dijabarkan definisi resiko itu sendiri adalah suatu hal buruk yang ada kemungkinannya untuk datang dan terjadi karena adanya sebab tertentu di masa lalu. Kemungkinan kemungkinan yang bersifat negatif inilah yang kita kenal resiko.
IV.             OBSERVATION
Observasi merupakan salah satu usaha manusia dengan cara pada umumnya melakukan pengamatan, dengan bantuan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya terhadap obyek tertentu. Tujuan observasi ini adalah mengetahui sesuatu yang baru, tambahan informasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan masih banyak lagi. Adapun juga observasi yang bersifat pribadi seperti halnya dalam kegiatan investigasi, hal ini dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan pada narasumber, memberikan semacam model soal koisioner, perantara rekaman baik pengamblan rekaman audio atau secara rekaman audio visual.

V.                SOLLUTION
Solusi dalam hal in menjelaskan tentang jalan keluar setelah dilakukannya observasi.

VI.             IMPLEMENTATON
Implementasi yang tergambar dalam benak kita adalah adanya aksi atau upaya dalam pelaksanaan, atau bisa saja sebaga mekanisme dalam menjalankan suatu gagasan tertentu. Kata mekanisme disini mengandung maksud implementasi tidak hanya berisikan aktivitas, melainkan suatu tindakan yang terstruktur dan dilakukan sungguh sungguh berdasarkan pedoman sebagai acuan untuk tercapainya tujuan dari kegiatan. Oleh sebab itu, implementasi tidak sekedar kegiatan, melainkan mencakup beberapa aspek tertentu seperti misi atau tujuan, struktur kegiatan, dan diperlukannya pedoman baik secara lisan maupun secara tertulis.

VII.          CULTURE
Adalah proses pembudayaan dalam segi teori yaitu sesuai dengan standarisasi K3 dan secara praktik adalah berupa kebiasaan kebiasaan yang terbudayakan kepada seluruh anggota pelaksana.

VIII.       KNOWLEDGE
Knowledge atau adanya pengetahuan dianggap perlu sebagai dasar ataupun landasan teori yang nyata sebelum proses proses lain terbentuk.

IX.             STANDARITATION
Standarisasi yang dimaksudkan adalh mengenai penerapan SMK3 atau singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Occupational Healt and Safety Assesment Series (OHSAS 18001).







Berikut lambang dari K3 :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuN903_mS5y0D7CZNaJtwwkBni3M_rHvijpg6aqoN3sUJbS8E8_xdcFoI7Phi1QiMvfvoiMbiNco7XKzPL0_J8Yh2g2WolNznGkxJKayx5VtscotPNtPkKEuqd7UVkMzHpsmmVyKSEoDY/s1600/gambar-k3-copy1.jpg
Adapun makna lambang berikut adalah :
a.       Palang                       : Bebas dari kecelakaan dan sakit akibat kerja
b.      Roda gigi                  : Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani
c.       Sebelas gerigi roda    : 11 Bab dalam UU No. 1 th 1970 tentang K3
d.      Warna putih              : Suci dan bersih
e.       Warna hijau               : Selamat dan sehat













KESIMPULAN

Zerosicks merupakan singkatan dari berbagai aspek sebagai metode analisis rekaman kejadian saat bekerja.
Adapun berbagai maknanya antara lain :
Z          : haZard
è Macam bahaya yang mengintai dalam dunia kerja
E          : Environment
è Merupakan tempat terjadinya sesuatu dalam melakukan pekerjaan
R         : Risk
è Akibat yang timbul dari adanya bahaya
O         : Observation
è Upaya pencarian dan pengamatan sumber penyebab terjadinya kecelakaan
S          : Sollution
è Gagasan teoritis sebagai usaha mengenai pemecahan kasus
I           : Implementation
è Gerakan yang realis terhadap gagasan tertulis pada bagian solusi
C         : Culture
è Kegiatan pembudayaan sebagai aksi berkelanjutan
K         : Knowledge
è Dasar pengetahuan sebagai bekal penerapan K3
S          : Standaritation
è Suatu peraturan standar yang dibuat berdasarkan pertimbangan organisasi di seluruh penjuru dunia lewat organisasi PBB, ILO



REFERENSI

Nitisemito, Alex S. 1992. Manajemen Personalia. Ghaila Indonesia: Jakarta.
Sedarmaynti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju: Bandung.
Karmana, Oman.2007. Biologi. Grafindo Media Pratama: Bandung.
Anonymous. 2007. Controlling OHS hazards and risk. Worksafe Victoria: Victoria
Yuniarti, Nurhening. 2014. SDM Teknologi Nuklir. -: Yogyakarta